Tuesday, June 11, 2013

(Book) Tunnels: Will Burrows & Koloni Misterius Bawah Tanah

Book again!
Yay! Kali ini Keka kembali menceritakan sebuah karya tulis berupa buku (novel) fantasi yang berjudul Tunnels. Buku ini dikarang oleh dua orang talent yang bernama Roderick Gordon & Brian Williams.



Ceritanya tentang apa sih? Kok sampai dibilang The Next Harry Potter?
Tentang penyihir-penyihir juga?

Oh bukan kok. Nih dibaca saja sinopsis di cover belakang bukunya. Maklum ya, Keka itu malas cerita isi buku secara panjang lebar :D

klik gambarnya ya kalau kurang jelas :p
Jadi buku ini memang menceritakan tentang dunia bawah tanah. Dunia di dalam Tunnels (masih di Bumi), tanah yang kita pijak ini, jauh di bawahnya, ada lorong-lorong, gua, galian, dan sejenisnya, yang luasss dan dihuni oleh manusia yang (sepertinya) sama banyaknya dengan manusia yang ada di atas tanah (Topsoilers).

Manusia bawah tanah ini punya ciri-ciri antara lain: kulit pucat (mungkin karena gak kena matahari), berpakaian rada kuno (semua hampir mengenakan pakaian yang sama dari bahan kain yang kasar), dan berbau apak.

Mereka dipimpin oleh Styx. Awalnya Keka mengira Styx ini nama orang dan hanya satu orang pimpinan tertinggi, tapi ternyata Styx ini semacam jabatan, sejenis penegak hukum/kebijaksanaan tertinggi, tapi jumlah mereka tidak hanya satu melainkan banyak.

Nah tokoh utama dalam buku ini bernama Will Burrows, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang memiliki kulit dan rambut seputih salju karena dilahirkan albino. Hal yang paling disukainya adalah melakukan penggalian bawah tanah karena ayahnya sendiri seorang yang bergelar Doktor di bidang arkeologi. Mereka sering menggali bersama untuk mencari situs-situs terpendam di dalam tanah, meski sesungguhnya hanya Will yang paling banyak mengerjakan penggalian daripada ayahnya yang hanya seorang petugas penjaga museum.

Sampai pada suatu hari, ayah Will, Dr. Burrows menghilang setelah bertengkar dengan istrinya, Mrs. Burrows.

Will yang terlihat acuh dibandingkan adiknya, Rebecca, sebenarnya sangat penasaran dengan kepergian ayahnya, dan menyelidiki diam-diam apa yang sedang dikerjakan oleh ayahnya sebelum pria itu hilang dan tidak kembali. Saat yang bersamaan, Will juga sedang senang-senangnya menggali bersama sahabat baiknya, Chester. Kemudian mereka menemukan lorong galian di ruang bawah tanah rumah Will yang sebelumnya tidak pernah ada. Will dan Chester memutuskan memusatkan galian di tempat itu karena Will berkeyakinan, lorong galian itu ada hubungannya dengan kepergian sang ayah.

Yup, setelahnya... kalian pasti bisa mengira-ngira sendiri bagaimana jalan ceritanya.

Oke, sekilas terdengar menarik ya... apalagi digadang-gadang bakal menjadi sebesar Harry Potter dan sedang dipersiapkan filmnya, walau gak ada berita lebih pastinya juga.

Buat Keka sendiri sih buku ini... hmmm... sedang-sedang saja. Gak jelek, tapi juga gak bagus-bagus amat.

Alur di awal cerita lambat banget rasanya. Nyaris setengah buku Keka baca, tapi belum ketemu juga gregetnya. Begitu sampai Koloni, Keka juga tidak begitu tersihir oleh penggambaran dunia bawah tanah yang ada di sana.

Mungkin karena Keka merinding duluan ngebayangin ada dunia di bawah tanah. Keka sudah merasakan sesak duluan kehimpit tanah, jadi meskipun digambarkan ajaib, luas, dengan struktur bangunan-bangunan yang aneh, tapi Keka tidak terpikat karena gak ada mall-nya.

Karakter Will, alih-alih terlihat pemberani, malah menurut Keka terlihat sekedar nekat dengan keberaniannya yang berlebihan dan tidak bijaksana. Apalagi diimbangi oleh karakter Chester yang seperti nurut aja dengan Will, membuat karakter sahabat Will itu terkesan lemah   meski digambarkan berbadan besar dan ditakuti oleh anak-anak seumuran mereka. Untunglah mendekati akhir cerita, Will lebih bijaksana dan punya karakter yang lebih menyenangkan.

Suka dengan kejutan tentang siapa sebenarnya Will dan Rebecca. Suka dengan pengetahuan-pengetahuan tentang tanah dan lain sebagainya yang ada di buku ini. Suka dengan sindiran Caleb dan penghuni bawah tanah lainnya tentang dunia atas yang penuh racun (polusi) dan manusianya yang berbuat kerusakan. Tapi selebihnya, buku ini kurang memiliki unsur ketegangan yang memikat (untuk Keka pribadi khususnya). Karena nama Harry Potter disebut-sebut, mau tidak mau Keka membandingkan seri pertama buku ini dengan seri pertama buku Harry Potter yang meskipun lebih tipis, namun jauh memiliki ketegangan yang memikat dan membuat pembaca tidak sabar untuk membaca seri berikutnya. Sedangkan setelah membaca Tunnels, Keka sih mikirnya... ah, gak baca lanjutannya juga gak papa sih, gitu deh :D

Terjemahannya lumayan, tapi ada beberapa kata yang rasanya gak sesuai dengan EYD. Cover sama saja dengan versi asli, tapi lebih hijau. Good cover!

Buku ini adalah seri pertama dari enam seri lainnya. Keka sih gak keberatan untuk baca lanjutannya karena mengharap buku-buku yang lainnya akan lebih menarik, tapi untuk membeli... hmm... Keka sih mikir-mikir :v

Akhir kata, 2.5 bintang dari 5.

Special thanks to Perpusda Balikpapan. Sangat membantu meningkatkan minat baca khususnya untuk muda-mudi Balikpapan. Setiap ke perpus ini, Keka jarang menemui keadaan perpus dalam keadaan sepi. Yah, agak kurang nyaman sih membaca di sana kalau banyak remaja-remaja ribut yang lebih banyak memanfaatkan fasilitas wifi daripada pergi ke sana untuk membaca :D

Tapi apapun itu, di sana menyenangkan. Di antara buku, wifi, dan sejuknya ruangan. Haha...

2 comments:

Anonymous said...

pernah liat buku ini di bazar cuman 25ribu :D
sempat niat beli sih ka, tapi urung terus. untung gak jadi ahahaha...

Kyrie Keka said...

Hahahaa...iya untung. Buku kayak gini sih klo bisa pinjem aja :v

Post a Comment